Banyakyang terpanggil, tetapi sedikit yang terpilih . Selama missi-Nya di Palestina yang lalu, Jesus telah mengucapkan sebuah perumpamaan yang cukup menarik, yang telah dibukukan bagi kita di dalam Injil Matius 20 : 1 - 16 sebagai berikut : Demikian itulah yang terakhir akan menjadi yang pertama, dan yang pertama akan menjadi yang
Banyak yang terpanggil, tapi sedikit yang terpilih. Kalimat ini mengingatkan kita akan proses dan persaingan untuk menjadi pemimpin. Seperti yang baru saja dilaksanakan berbagai kabupaten/kota dan provinsi dalam pemilihan pemimpin di daerahnya. Dari sekian banyak yang terpanggil untuk menjadi calon, tapi hanya sepasang yang akan terpilih. Pemimpin seperti ini biasanya jabatan dengan penghasilan besar. Jadi wajar kalau pemimpin seperti ini jadi rebutan. Tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Kalimat ini memiliki pesan sarat makna. Kalimat ini juga sering digunakan untuk memotivasi orang agar bersedia menjadi pemimpin yang bersedia menjadi pelayan masyarakat. Tapi sayangnya tak banyak orang yang rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan materi untuk menjadi pemimpin di suatu komunitas maupun organisasi. Akibatnya banyak orang yang butuh pelayanan tapi tak ada yang melayani mereka. Kondisi ini biasanya terjadi pada suatu komunitas atau organisasi ataupun perkumpulan yang pemimpinnya tanpa gaji. Kedua konteks di atas, menggambarkan dua situasi yang kontradiktif. Disatu sisi orang berlomba-lomba ingin menjadi seorang pemimpin. Disisi lain orang enggan didaulat menjadi pemimpin. Kenyataan yang terjadi, tak sedikit orang yang terpilih menjadi pemimpin dengan ambisi di awal sangat tinggi, setelah terpilih, justru tak mampu menjadi pemimpin yang benar. Bahkan mereka harus berurusan dengan hukum. Sebaliknya, orang yang menjadi pemimpin karena dorongan masyarakat atau anggota komunitas padahal di awal tak ada ambisi, justru tampil lebih baik. Dia memberi pelayanan penuh tanggungjawab dan ikhlas. Masa sekarang ini, boleh dikatakan kalau kita mulai mengalami krisis kader pemimpin yang benar dan mampu mengembangkan kualitas orang-orang yang dipimpinnya. Keprihatinan ini tentu tak bisa lepas dari proses pendidikan di sekolah. Kepala sekolah maupun guru yang berperan sebagai seorang pemimpin, tentu memiliki tanggung jawab untuk itu. Mereka harus bisa menjadi role model dihadapan para peserta didik. Sehingga mereka bisa dengan mudah menanamkan dan mengembangkan konsep kepemimpinan yang benar dan sesuai di era revolusi industri dan menyongsong era society Kepemimpinan seperti apa yang sesuai untuk menghadapi era tersebut? Menjadi pemimpin berarti siap menjadi pelayan being servant dan menjadi gembala being shepherd. Ada dua tipe kepemimpinan yang mampu menerapkan kedua fungsi tersebut yaitu kepemimpinan ETIS dan kepemimpinan PROFETIK. Kepemimpinan ETIS adalah kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku serta keputusan-keputusan yang dibuat. Kepemimpinan ini berdasar pada nilai-nilai integritas, konsisten, otentisitas, menghormati martabat manusia, kejujuran, kebenaran, keberanian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, bertindak dan mengambil sikap serta keadilan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, kerendahan hati, dapat dipercaya, bertanggung jawab, keterbukaan, konfidensialitas, kerelaan untuk berkorban demi kepentingan lembaga/ institusi dan tidak kompromistis/ berpegang teguh pada prinsip. Kepemimpinan PROFETIK adalah kepemimpinan yang memiliki kepedulian terhadap kaum tertindas dan memperjuangkan pembebasan dan keadilan. Pemimpin profetik memiliki sifat selalu terusik dan berontak melihat ketidakberesan, memiliki keberanian moral, selalu menantang status quo, memicu daya imaginasi kreatif, melihat apa yang terjadi, visioner dan memiliki ketajaman melihat apa yang tidak dilihat orang lain, memberi inspirasi, memotivasi, membangkitkan dan menjaga semangat, tetap tenang, tegas dan konsisten, berani merangkul perubahan, berani memberi kritik konstruktif, serta berani membuat keputusan pada saat situasi konflik-dilematis. Untuk mewujudkan kepemimpinan etis dan profetik, maka lakukanlah langkah-langkah berikut. 1. Rumuskan standar performance secara konsisten dan konsekuen. 2. Menumbuhkan kesadaran pimpinan dan anggota 3. Menciptakan budaya trust, transparency, accountabikitas, responsibilitas, appresiasi dan equity. 4. Menegakkan kode etik perilaku. 5. Memberi apresiasi dan insentif dan memberikan sanksi bagi semua yang melanggar kode etik perilaku. Seorang pemimpin akan sukses jika memiliki mimpi yang besar, keyakinan, keberanian dan konsistensi. Untuk itu seorang pemimpin membutuhkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Mengapa? Karena keberhasilan seseorang dalam hidup bukan ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi oleh kecerdasan emosional 80%} yang dimiliki. Maka jagalah keseimbangan dari kecerdasan spiritual dan emosional. Inilah resume materi yang saya dapatkan dalam pertemuan kelima Workshop Education in Facing 21st Century Challenges hari ini Rabu, 16 Desember 2020 dengan narasumber Mgr. Dr. Laurentius Tarpin, OSC dari Roma. Belajar dan berbagi, semoga bermanfaat bagi para pendidik yang siap menyongsong era Horas, salam literasi! Tantangan365hariGurusiana Gubuk Literasi, 161220-H169
Banyakyang Terpanggil Sedikit yang Terpilih by Alfa OmegaPop Rohani The Best of Alfa Omega Vol. 6Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!Tuhan Y
73views, 1 likes, 1 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Michael J: Banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih. Malam ini Modi, Mamafola @beaufleura kitorang berdoa, untuk
OiwxB. 465 249 469 129 357 417 319 132 39
banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih